siapa kita untuk meneka-neka, dan mengintai denai takdir? siapa kita untuk menentukan lagi menetapkan akan sesuatu dan semua yang berlaku? siapa kita - yang tidak punya pengetahuan - untuk memutuskan, dan menghakimi sesuatu?
siapa kita, bila untuk mengatakan itu terbaik untuk kita, atau itu pasti celaka? pasti - saya, kamu dan kita tidak pernah tahu akan yang ghaib itu. apa yang akan datang, dan semua yang pasti berlaku.
lalu siapa kita, bila Tuhan dengan firman agungNya,
"wa’asa an takrahu shai'an wa huwa khairul lakum; dan boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, wa’asa 'an tuhibbu shai'an wa huwa sharrul lakum; dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. wa Allahu ya’lamu wa 'antum la ta’lamun; dan (ingatlah) Allah jualah yang mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya." [Al-Baqarah 2:216]
untuk menghakimi, lagi memutuskan? atau meneka, menentu dan menetapkan?
kita hanya hamba-hambaNya berjalan mencari makna dalam dunia ilusi fana ini, yang pasti pulang, kembali kelak padaNya, abadi.
"wa’asa an takrahu shai'an wa huwa khairul lakum; dan boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, wa’asa 'an tuhibbu shai'an wa huwa sharrul lakum; dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. wa Allahu ya’lamu wa 'antum la ta’lamun; dan (ingatlah) Allah jualah yang mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya." [Al-Baqarah 2:216]
untuk menghakimi, lagi memutuskan? atau meneka, menentu dan menetapkan?
kita hanya hamba-hambaNya berjalan mencari makna dalam dunia ilusi fana ini, yang pasti pulang, kembali kelak padaNya, abadi.
mari kita sebagai hambaNya dengan melangkah perjalanan ini memohon sangat redhaNya. dan mendoakan kebaikan dan terbaik untuk semua yang telah datang dan semua yang akan bertandang. Allahumma ameen.
ya, mendoakan kebaikan untuk semua, kerana siapa kita untuk tahu semua yang telah berlaku itu, mesti dalam suka lagi gembira, duka lagi luka, hampa dengan kecewa itu penuh hikmah yang tanpanya kita tidak menjadi kita sekarang.
yang tanpanya, kita tidak pernah akan belajar dan membesar; lalu mengertikan makna hidup dan kehidupan. yang tanpa tangis tawa berlalu itu, kita menjadi manusia dan memahamkan erti kemanusiaan. dan dengannya kita menjadi hambaNya yang lebih memahami hakikat kebesaran kekuasaanNya dan mengakui keluasan ilmuNya.
lalu, mari kita letakkan padaNya dan memohon segalanya yang terbaik. Allah lebih tahu, Allah lebih tahu. :)
lalu, mari kita letakkan padaNya dan memohon segalanya yang terbaik. Allah lebih tahu, Allah lebih tahu. :)
tanam ini;
sampai bila-bila.
pasak dalam-dalam.
pasak dalam-dalam.
ikat kuat-kuat. biar tersimpul mati.
untuk semalam, hari ini dan esok.
untuk dari mulai bernafas, mengenal kehidupan dan
sampai nafas itu terhenti semula.
semuanya; dalam genggamanNya.
dalam bilangan hari, dalam cerita masa,
hakikatnya insan lagi menuju pengakhiran
suatu saat, kan kembali kepadaNya.
kembali dalam sayangnya Dia
atau marahNya yang kamu mahu?